Saturday 12 April 2014

Short Story tentang Mahasiswa ITB yang Internship di Facebook part 3



Part 3! Akhirnya dibagian kerja di Facebook-nya. Tapi jangan expect banyak disini karena barang-barangnya confidential. Sebelumnya mungkin mau baca part 1 dan part 2 nya dulu.

------------------------------------- START OF PART 3 ---------------------------------------


Sebagai kali pertamanya saya pergi ke luar negeri sendirian, perjalanan kali ini terhitung cukup menyenangkan. Di pesawat saya menghabiskan waktu nonton Thor, Pirate of Carribean, Liar Game, dan lain-lain. Saya transit di Korea yang dimana sangat sangat banyak cewek cantik, paha dan dada, bertebaran. Perjalanannya total sekitar 18 jam flight ditambah 20 jam-an transit.

Sesampainya di US saya sangat kagum dengan cerahnya langit di US. Clear blue sky. Sudah lama tidak melihat langit yang secerah itu. Namun dibalik cerahnya langit dan teriknya matahari, unexpectedly San Fransisco ternyata sangat dingin. Pada saat saya tiba disana, suhu luar sekitar 13 derajat Celsius. Supir taksinya bilang bahwa suhu ini cukup hangat.

Meniti ruas-ruas jalan sepanjang San Fransisco hingga San Jose, jalan-jalan di US sangat mudah dimengerti. Dari 101 (anggap saja jalan tol) yang menjadi jalan penghubung antar kota, kita akan masuk ke suatu jalan besar. Dari jalan besar tersebut, kira-kira hanya ada maksimal dua tingkat jalan yang perlu diingat. Jadi urutannya 101 > jalan besar > jalan biasa > jalan kecil.

Lalu sesampainya di apartemen saya berusaha mencari kantor administrasi. Pertama-tama saya tidak menemukan apa-apa. Lalu saya curiga dengan tulisan leasing office. Saya pikir itu semacam tempat penitipan hewan. Ternyata leasing office itu kantor administrasi yang harus saya tuju. Disana saya ditunjukkan jalan ke ruang apartemen saya.

Di depan ruangan apartemen ada sebuah gembok kombinasi yang berisi kunci. Untungnya saya sudah ngeprint kombinasi yang perlu dimasukkan untuk dapat membuka gembok tersebut (terima kasih emak). Didalam gembok ada 3 buah kunci. Saya ambil salah satu, saya buka pintu kamar dan saya mendapati sudah ada penghuni lain dikamar tersebut.

Saya tinggal bersama 3 orang lain dalam sebuah apartemen yang berisi dua kamar. Yang pertama kali datang bernama Alex Huang, seorang data analyst. Dia sekolah di Teknik Industri. Yang kedua adalah Airinei Adrian. Dia dari Rumania (yang saya ingat dari Rumania adalah Adrian Mutu). Dia cyclist tingkat berat dan selalu bersepeda kapanpun waktu memungkinkan. Yang terakhir bernama Akim Kumok, roommate saya, red coder dari Rusia. Dia diterima di Facebook karena prestasinya di Facebook Hacker Cup. Dia menjadi orang yang paling sering saya temui dan yang paling dekat dengan definisi teman.

Hari Senin, tepatnya pada tanggal 20 Juni 2011, kami menghadiri orientasi pegawai-pegawai baru di FB. Kami duduk dalam urutan abjad nama kami. Di depan meja sudah tersedia laptop yang kami pilih sebelumnya (mungkin saya belum cerita. Setiap pegawai FB diperbolehkan memilih satu laptop dan satu smartphone untuk ia bawa dan gunakan selama ia bekerja di FB). Saya memilih Lenovo karena saya belum terlalu familiar dengan Macbook. Saya memilih iPhone karena saya sendiri sudah memiliki Android.

Isi orientasi sendiri adalah presentasi. Pada hari pertama berisi bagaimana kultur bekerja di Facebook, bagaimana etika yang harus dipegang, paperwork, keadaan Facebook saat ini, visi dan misi Facebook dan hal-hal etika standar lain yang saya lupakan. Pada hari kedua tim engineering dipisah dengan tim non-engineering. Isi dari orientasi tim engineering antara lain pengenalan framework, cara kerja engineer di Facebook, pengenalan git, dan first task yang harus diselesaikan pada hari itu juga sebagai pengenalan terhadap lingkungan pengembangan Facebook dan git.

Pada hari ketiga (hari Rabu) kami diarahkan untuk pergi ke mentor kami masing-masing. Setiap intern akan memiliki seorang mentor yang akan mengawasi kinerja sang intern sekaligus membantu sang intern untuk dapat smoothly berkontribusi untuk Facebook. Seperti yang telah saya tulis pada post sebelumnya, mentor saya adalah Chris Tice. Orangnya tinggi, good-looking, atletis (dia mengikuti dan menang dalam posisi ke 6 pada sebuah Triathlon di San Fransisco), dan amazing dalam software engineering.

Saya masuk dalam tim mobile di Facebook. Hari pertama saya diberikan tugas untuk menginstalasi environment untuk mengembangkan produk yang dikembangkan oleh tim kami. Kemudian saya diberikan waktu untuk getting familiar with framework khusus yang akan saya gunakan untuk 3 bulan kedepan. Pada hari Jumat saya diberikan list project yang dapat saya kerjakan. Saya memilih yang paling closely-related dengan mentor saya karena saya tahu saya masih butuh banyak bimbingan.

Apa yang saya kerjakan selama 3 bulan di Facebook adalah sesuatu yang tidak dapat saya ceritakan. Hal ini karena produk yang saya kerjakan adalah produk dari proyek yang sampai saat ini sepertinya masih dalam pengerjaan dan belum dikeluarkan ke publik. Hal yang boleh saya ceriakan adalah fakta bahwa saya bekerja dibawah tim mobile dan saya dipinjami sebuah Galaxy S untuk membantu development. Galaxy S ini (atau lebih tepatnya Sim Card yang dibawa oleh Galaxy S ini) nantinya banyak membantu saya dalam petualangan saya di US. Edit: saya mengerjakan Facebook Home.

Minggu-minggu pertama saya habiskan untuk mengenali kultur di US. Bagaimana bepergian dalam kota, bagaimana bepergian luar kota, jadwal bus, supermarket terdekat, lokasi makan terdekat dan fasilitas-fasilitas gratis yang disediakan apartemen saya. Di US saya jatuh cinta pada Subway. Makannya praktis, sangat enak, ada dimana-mana dan di-serve sangat cepat. Saya juga mencoba untuk bersepeda ke supermarket terdekat (yang akhirnya tidak saya lakukan lagi karena lokasiya yang sangat jauh).

Ada cerita menarik ketika saya pada hari yang sama kehilangan dompet lalu ditodong oleh orang hitam. Suatu hari pada hari Sabtu saya pergi ke kantor untuk bekerja (baca: cari makan gratis). Saat itu karena hari sudah siang dan sudah tidak ada shuttle ke Facebook saya jadi menggunakan Caltrain sambil membawa sepeda. Setelah bekerja beberapa jam (baca: main piano, makan, merampok micro-kitchen) saya memutuskan untuk kembali menggunakan sepeda sambil membeli oleh-oleh untuk Karol. Perjalanan agak jauh sehingga saya sampai lokasi sudah agak malam. Namun sesampainya disana ketika saya hendak membayar ternyata dompet saya hilang. "Waduh" pikir saya. Sepertinya jatuh ketika saya sedang naik Caltrain. Untungnya saya membawa recehan dalam tas saya yang bisa digunakan untuk membayar oleh-oleh tersebut dan sekaligus untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang, saya naik bus yang bisa membawa sepeda. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10 malam. Saya pun ketiduran hingga kelewatan dua blok. Untung saya bawa sepeda pikir saya. Namun tempat ini, di sekitar San Jose, terlihat sangat sketchy. Banyak gelandangan dan anak-anak muda berpakaian rapi yang sepertinya hendak masuk ke bar. Saya pun berusaha untuk tidak memikirkan itu dan lanjut menghabiskan uang terakhir saya untuk membeli tiket bus terakhir untuk pulang.

Bus terakhir pun akhirnya datang. Saya naik bus tersebut, meletakkan sepeda saya di lokasi sepeda, lalu duduk di kursi paling pojok. Beberapa saat kemudian, empat pemuda berkulit hitam menghampiri saya. Mereka berkata meminta satu dolar dari saya. Saya bilang saya tidak punya. Lalu mereka meminta saya untuk memberikan tas saya sambil mengancam saya. Saya berikan saja karena toh tidak ada apa-apa. Lalu mereka meminta saya untuk meminjam iPhone saya beberapa waktu untuk mendengarkan lagu. Lalu mereka bertanya saya datang dari mana. Saya jawab saya berasal dari Indonesia. Lalu tidak lama kemudian mereka mengembalikan iPhone saya, turun dari bus sambil berkata "Assalamu 'alaikum" ke saya. Saya balas "Wa 'alaikum salam" sambil menghela napas lega.

Saya selamat sampai rumah. Namun tiga hari kemudian saya menyadari bahwa kartu kredit dan kartu debit saya ada di dalam dompet yang hilang. Lalu saya mengecek bahwa ada transaksi berlangsung di kartu debit dan kartu kredit saya. Totalnya mencapai 1200 dolar. Saya langsung menelepon ibu saya untuk memblok kartu kredit saya dan menelepon bank untuk memblok kartu debit saya. Tapi 1200 dolar tersebut tidak pernah kembali ke tangan saya.

Ada cerita lain ketika saya hendak pulang dari San Fransisco pukul 11 malam. Saat itu sudah tidak ada bus maupun Caltrain dan saya sudah lelah sekali. Saya sedikit kebingungan dan memutuskan untuk menginap di San Fransisco bila nanti tidak ada transport untuk pulang. Untungnya ada supir taksi yang menawarkan untuk mengantarkan dan berkata bahwa beliau bisa membawa sepeda saya dalam taksinya. Saya sangsi dan jujur saja, sepeda saya hampir rusak ketika sepeda tersebut dimasukkan ke dalam taksi. Namun untungnya saya sampai rumah dengan selamat. Ketika hendak membayar, supir taksinya bilang bahwa ongkosnya 1.5 kali lipat normal karena lokasinya jauh dan dia menunjukkan fakta tentang taksi bandara. "Wat de fak" pikir saya. Sudah tidak masuk akal, dia juga bukan taksi bandara (saya naik taksinya di stasiun Caltrain). Karena saya sudah ngantuk akhirnya saya bayar saja tukang taksi itu.

Pada akhir internship saya ditawari untuk kembali full-time. Karena saya belum akan lulus tahun depannya maka saya tolak dan saya minta untuk kembali untuk internship lagi. Namun itu adalah kisah untuk lain cerita.

--------------------------------------- END OF PART 3 ---------------------------------------


Mumpung lagi ngomongin supir taksi, saya berpikir bahwa kebanyakan supir taksi di US itu scam. Mengapa? Karena perhitungan taksi bandara. Status taksi bandara memungkinkan sang supir men-charge 1.5 kali cost taksi mula-mula. Hal ini dikarenakan.... mereka adalah taksi bandara. Mereka harus kembali lagi ke bandara untuk mendapatkan penumpang. Namun beberapa poin yang menurut saya off adalah:

  1. Tertulis $ x untuk y mil awal. Untuk mil-mil selanjutnya, cost-nya menjadi $ 1.5x. Artinya bila kita pergi sejauh 15 mil sebagai contoh, kita seharusnya dikenakan biaya (y) * x + (15 - y) * 1.5x. Namun bukan hal ini yang terjadi. Saya dikenakan biaya 15 * 1.5x (yang tentu berpuluh-puluh dolar lebih mahal). Hal ini sudah terjadi berkali-kali dan lucunya saya tetap saja tidak protes.
  2. Semua taksi (walaupun bukan taksi bandara) menggunakan tarif ini. Jadi jangan kaget bila anda dikenakan biaya 1.5 kali lipat biasanya.
Saya masih belum tau cara untuk menggagalkan scam ini. Maklum, saya orangnya ansos dan malas angkat bicara.

3 comments:

  1. Cobalah berpikir dari sudut pandang orang yg nggak punya duit,
    Mungkin ansosmu itu bakal sedikit kena batunya,
    Kamu bisa ansos dan nggak protes di scam sama sopir taksi itu mungkin salah satu faktor terbesarnya karena kamu punya duit untuk bayar dan sisa duit kamu masih banyak buat yg lain =)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudut pandang yang menarik Rip. Ncen kabeh2 perlu disyukuri :D

      Delete
  2. nice, very inspiring :D asalnya lagi belajar push with parse di blog.parse, ternyata engineer nya org indo , kereeen !

    ReplyDelete