Saturday 28 July 2012

Short Story tentang Mahasiswa ITB yang Internship di Facebook part 1

Warning: tulisan ini banyak berisi ratapan dan kegalauan seorang mahasiswa. Tidak dianjurkan dibaca saat anda sedang bahagia.

------------------------------------- START OF PART 1 ---------------------------------------

Sruput. Mie instan dua bungkus sedang saya lahap sebagai sahur saya untuk persiapan puasa hari ini. Hari ini tanggal 28 Juli 2012. Sebentar lagi subuh di Palo Alto dan saya sedang merenung karena seringnya ditanya oleh teman-teman: bagaimana cara bisa internship di Facebook? Bagaimana rasanya?

Saya ingat 2 tahun lalu ketika saya masih tingkat 3 awal, saya sibuk sekali mengerjakan banyak hal. Proyek, mengajar untuk TOKI, himpunan, dan kerja part-time. Saya hampir tidak peduli dengan kuliah. Merenungi saat-saat itu saya jadi merasa bahwa saat itu saya sedang mencari jati diri saya. Namun saya yakin, diri saya yang dahulu hanya memiliki satu pikiran: "jalani saja apa yang diberikan oleh dunia kepadamu." Hingga saat ini pun saya masih berpikir demikian.

Istilah internship masih asing bagi saya saat itu. Saya hanya berpikir bahwa internship di Facebook berarti kita akan pergi ke Facebook untuk belajar. Namun ternyata internship di Facebook berarti kita akan pergi ke Facebook untuk bekerja.

Dan saat-saat itulah saya mendengar kabar bahwa salah satu teman saya, Irvan, sedang di-interview untuk internship di Facebook. Saya cukup mengenal Irvan. Saya kira-kira tahu dari mana ia mendapat tawaran tersebut dan saya yakin saya bukanlah orang yang qualified untuk hal tersebut. Apalagi saya tidak memiliki banyak pengalaman dalam berbicara Bahasa Inggris. Jadi ketika Irvan menawarkan saya untuk di-refer untuk interview, saya hanya angguk-angguk dan menerima email recruiter yang ia berikan ke saya. Toh, tidak ada salahnya saya menyimpan email orang yang tidak saya kenal barang satu atau dua.

Kebetulan kami yang sudah tingkat tiga akhir diharuskan untuk melakukan kerja praktek. Kerja praktek ini pada umumnya berlangsung sekitar satu sampai tiga bulan. Kerja praktek ini juga harus dilaksanakan di tempat yang "jelas." Saat itu saya sudah memiliki pekerjaan sambilan, yakni menjadi programmer untuk Zingmobile. Saat itu bekerja untuk Zingmobile merupakan pengalaman yang baru dan menyenangkan. Jadi saya tidak terlalu berpikir untuk mencari kerja di tempat lain dan saya merasa relatif aman.

Diluar dugaan Irvan tidak diterima untuk internship di Facebook. Tentu saja hal ini makin memantapkan saya untuk tidak mencoba. Saya adalah manusia yang sudah sering merasakan kegagalan dan kekecewaan. Saya memutuskan untuk melanjutkan kehidupan normal saya yang sudah cukup amburadul agar tidak perlu mengenal kegagalan lagi.

Namun perlu diketahui, setelah interview dengan Facebook, Irvan melakukan interview dengan Google dan diterima. Menurut saya itu adalah pencapaian yang luar biasa mengingat usahanya yang sangat keras mengejar materi tentang Computer Science dan Software Engineering dengan membaca banyak buku-buku berat. Saya pernah berusaha membaca satu-dua buku rekomendasinya dan tertidur dalam 40 halaman pertama.

Tidak lama setelah itu, sekitar bulan Agustus, saya mendengar bahwa Adhit juga mendaftar untuk interview di Facebook melalui link lain. Saya yakin Adhit pasti sudah mendengar berita tentang Irvan. Saya mengagumi keberanian Adhit untuk mencoba, sehingga saya juga terpacu untuk mencoba. Saat itu saya mulai mengerjakan Facebook puzzle.

Hari demi hari saya habiskan untuk meratapi dan melakukan problem solving yang sudah sekian lama tidak saya lakukan. Soal demi soal saya kerjakan dengan teknik OOP, yang tidak umum digunakan untuk problem solving. Hal ini dikarenakan saya lebih terbiasa menghadapi segala hal dari sudut pandang OOP. Saya teringat kembali bagaimana dahulu saya sempat mengalami masa-masa trance dimana saya hanya tidur dua jam selama tiga minggu berturut-turut hanya untuk mengerjakan USACO.

Setelah cukup yakin dengan apa yang saya raih dalam mengerjakan puzzle, pada bulan September saya memutuskan untuk meng-email recruiter yang diberikan oleh Irvan. Saya masih ingat bahwa email saya sangatlah awkward. Tidak ada perkenalan, tidak ada basa-basi. Tiba-tiba saya menyodorkan CV dan meminta untuk interview. Tidak lama setelah itu recruiter saya, Kinh, membalas. Ia menanyakan darimana saya mendapatkan emailnya, dan beberapa hal basa-basi yang lupa saya lakukan sebelumnya. Setelah bertukar beberapa email, Kinh memutuskan untuk menelpon saya untuk interview singkat via Skype.

Saya grogi ketika akan ditelepon. Ini pertama kalinya saya akan menggunakan Bahasa Inggris untuk keperluan kerja. Saya bahkan tidak pernah berbicara Bahasa Inggris lebih dari 5 menit sebelumnya. Ketika ditelepon, ternyata internet saya kurang kuat. Akhirnya kami berbicang menggunakan telepon asli. Walau suara-nya tidak terlalu jelas, namun logat Amerika Kinh sangat membantu saya untuk melakukan percakapan. Singkat cerita percakapan kami diakhiri dengan Kinh menyuruh saya untuk mengerjakan puzzle tersulit Facebook.

Cukup lama waktu yang saya habiskan untuk mengerjakan puzzle tersebut. Saya habiskan satu hari untuk memikir berbagai macam algoritma. Hari kedua saya habiskan untuk membuat implementasi dan mengirim solusi. Dua hari berikutnya saya gunakan untuk membenarkan solusi dan membuat solusi alternatif hingga akhirnya saya berhasil memecahkan puzzle tersebut. Malamnya saya langsung memberitahu Kinh bawa saya sudah menyelesaikan puzzle yang ditugaskan.

Dua hari kemudian Kinh mengatakan bahwa saya akan di interview teknis selama satu jam. Malam itu tidak terlalu dingin namun saya menggigil kediningan karena grogi dengan interview teknis pertama saya. Saya meminta teman sekontrakan saya untuk tidak menggunakan internet pada saat saya interview dan teman-teman saya yang baik menyetujuinya. Sehingga pada interview kali ini Skype berjalan dengan sempurna.

Kring...kring... suara notifikasi telepon di Skype berdering. Jadwal interview adalah pukul 00.30 dan telepon berdering tepat ketika waktu memasuki menit ke 30 pada hari itu. Sangat tepat waktu pikir saya. Yang menjadi lawan bicara saya adalah seorang pria, engineer Facebook yang sudah bekerja selama 2 tahun disana. Ia dengan santainya melakukan percakapan santai selama 2 menit. Setelah itu kita masuk ke real-deal nya, interview teknis.

Ia menyuruh saya membuka editor online yang dimana saya bisa membuat kode secara live disana dan ia dapat membacanya. Saat itu saya menggunakan Collabedit. Lalu ia memberikan sebuah pertanyaan. Saya habiskan beberapa menit untuk mengerjakan pertanyaan-nya dan beberapa menit untuk menjelaskan apa yang saya tulis di editor. Ia menanyakan test case apa yang saya gunakan untuk memastikan jawaban saya benar. Lalu saya memberikan beberapa test case dan ia baru yakin bahwa jawaban saya benar.

Lalu ia memberikan pertanyaan kedua. Pertanyaan kedua relatif lebih sulit dari yang pertama. Saya menghabiskan beberapa menit untuk memikirkan algoritmanya. Setelah mendapat secercah ide, saya langsung menuliskan solusi saya. Kali ini saya langsung memberikan test case yang saya gunakan untuk mengujinya. Namun saya mengalami kesulitan untuk menjelaskan algoritma yang saya gunakan dalam menyelesaikan pertanyaan kedua. Setelah beberapa menit berlalu, interviewer saya percaya dengan solusi saya.

Ia lalu bertanya apakah saya punya pertanyaan untuk dia. Saat itu saya menanyakan tentang bagaimana Facebook bisa menangani arus data yang sangat besar. Saya tidak ingat jawaban dari dia karena penjelasannya sangat rumit. Yang saya ingat adalah saya merasa excited dengan interview tersebut. Namun pada saat itu saya tidak memiliki harapan untuk lolos. Karena saya cukup meragukan apakah saya telah menjelaskan solusi terhadap pertanyaan kedua dengan baik atau tidak. Setelah menjelaskan tentang arus data di Facebook, kami menghentikan pembicaraan dan saya langsung tidur. Ngomong-ngomong soal tidur, saat ini sudah saatnya saya menarik selimut tebal saya yang empuk dan menikmati tidur.

--------------------------------------- END OF PART 1 ---------------------------------------

Hiyaa, maap kalau gayanya sok novelist tapi gak jadi. There's a first time for everything right? Btw nantikan part-2 nya :)

No comments:

Post a Comment