Friday, 5 June 2015

Semangat Digimon!

Saya suka sekali sama lagu-lagu Digimon, khususnya Butterfly. Dan sebentar lagi sepertinya keluar versi dewasanya. Trailernya lagunya cantik banget:
Saya dan Rhesa punya dugaan sangat kuat bahwa composer lagu ini tidak lain adalah ryo supercell, orang dibalik lagu-lagu seperti:

  1. Melt
  2. Black Rock Shooter
  3. Kimi no Shiranai Monogatari
  4. Sayonara Memories
  5. Kokuhaku
  6. My Dearest
  7. ODDS & ENDS
In the spirit of Digimon, saya jadi pingin nyanyi juga. Mohon maklum kalau suaranya jelek dan liriknya salah. Kalau ga di post somewhere rasanya ga bisa move-on dari lagu ini.

Saturday, 12 April 2014

Short Story tentang Mahasiswa ITB yang Internship di Facebook part 3



Part 3! Akhirnya dibagian kerja di Facebook-nya. Tapi jangan expect banyak disini karena barang-barangnya confidential. Sebelumnya mungkin mau baca part 1 dan part 2 nya dulu.

------------------------------------- START OF PART 3 ---------------------------------------


Sebagai kali pertamanya saya pergi ke luar negeri sendirian, perjalanan kali ini terhitung cukup menyenangkan. Di pesawat saya menghabiskan waktu nonton Thor, Pirate of Carribean, Liar Game, dan lain-lain. Saya transit di Korea yang dimana sangat sangat banyak cewek cantik, paha dan dada, bertebaran. Perjalanannya total sekitar 18 jam flight ditambah 20 jam-an transit.

Sesampainya di US saya sangat kagum dengan cerahnya langit di US. Clear blue sky. Sudah lama tidak melihat langit yang secerah itu. Namun dibalik cerahnya langit dan teriknya matahari, unexpectedly San Fransisco ternyata sangat dingin. Pada saat saya tiba disana, suhu luar sekitar 13 derajat Celsius. Supir taksinya bilang bahwa suhu ini cukup hangat.

Meniti ruas-ruas jalan sepanjang San Fransisco hingga San Jose, jalan-jalan di US sangat mudah dimengerti. Dari 101 (anggap saja jalan tol) yang menjadi jalan penghubung antar kota, kita akan masuk ke suatu jalan besar. Dari jalan besar tersebut, kira-kira hanya ada maksimal dua tingkat jalan yang perlu diingat. Jadi urutannya 101 > jalan besar > jalan biasa > jalan kecil.

Lalu sesampainya di apartemen saya berusaha mencari kantor administrasi. Pertama-tama saya tidak menemukan apa-apa. Lalu saya curiga dengan tulisan leasing office. Saya pikir itu semacam tempat penitipan hewan. Ternyata leasing office itu kantor administrasi yang harus saya tuju. Disana saya ditunjukkan jalan ke ruang apartemen saya.

Di depan ruangan apartemen ada sebuah gembok kombinasi yang berisi kunci. Untungnya saya sudah ngeprint kombinasi yang perlu dimasukkan untuk dapat membuka gembok tersebut (terima kasih emak). Didalam gembok ada 3 buah kunci. Saya ambil salah satu, saya buka pintu kamar dan saya mendapati sudah ada penghuni lain dikamar tersebut.

Saya tinggal bersama 3 orang lain dalam sebuah apartemen yang berisi dua kamar. Yang pertama kali datang bernama Alex Huang, seorang data analyst. Dia sekolah di Teknik Industri. Yang kedua adalah Airinei Adrian. Dia dari Rumania (yang saya ingat dari Rumania adalah Adrian Mutu). Dia cyclist tingkat berat dan selalu bersepeda kapanpun waktu memungkinkan. Yang terakhir bernama Akim Kumok, roommate saya, red coder dari Rusia. Dia diterima di Facebook karena prestasinya di Facebook Hacker Cup. Dia menjadi orang yang paling sering saya temui dan yang paling dekat dengan definisi teman.

Hari Senin, tepatnya pada tanggal 20 Juni 2011, kami menghadiri orientasi pegawai-pegawai baru di FB. Kami duduk dalam urutan abjad nama kami. Di depan meja sudah tersedia laptop yang kami pilih sebelumnya (mungkin saya belum cerita. Setiap pegawai FB diperbolehkan memilih satu laptop dan satu smartphone untuk ia bawa dan gunakan selama ia bekerja di FB). Saya memilih Lenovo karena saya belum terlalu familiar dengan Macbook. Saya memilih iPhone karena saya sendiri sudah memiliki Android.

Isi orientasi sendiri adalah presentasi. Pada hari pertama berisi bagaimana kultur bekerja di Facebook, bagaimana etika yang harus dipegang, paperwork, keadaan Facebook saat ini, visi dan misi Facebook dan hal-hal etika standar lain yang saya lupakan. Pada hari kedua tim engineering dipisah dengan tim non-engineering. Isi dari orientasi tim engineering antara lain pengenalan framework, cara kerja engineer di Facebook, pengenalan git, dan first task yang harus diselesaikan pada hari itu juga sebagai pengenalan terhadap lingkungan pengembangan Facebook dan git.

Pada hari ketiga (hari Rabu) kami diarahkan untuk pergi ke mentor kami masing-masing. Setiap intern akan memiliki seorang mentor yang akan mengawasi kinerja sang intern sekaligus membantu sang intern untuk dapat smoothly berkontribusi untuk Facebook. Seperti yang telah saya tulis pada post sebelumnya, mentor saya adalah Chris Tice. Orangnya tinggi, good-looking, atletis (dia mengikuti dan menang dalam posisi ke 6 pada sebuah Triathlon di San Fransisco), dan amazing dalam software engineering.

Saya masuk dalam tim mobile di Facebook. Hari pertama saya diberikan tugas untuk menginstalasi environment untuk mengembangkan produk yang dikembangkan oleh tim kami. Kemudian saya diberikan waktu untuk getting familiar with framework khusus yang akan saya gunakan untuk 3 bulan kedepan. Pada hari Jumat saya diberikan list project yang dapat saya kerjakan. Saya memilih yang paling closely-related dengan mentor saya karena saya tahu saya masih butuh banyak bimbingan.

Apa yang saya kerjakan selama 3 bulan di Facebook adalah sesuatu yang tidak dapat saya ceritakan. Hal ini karena produk yang saya kerjakan adalah produk dari proyek yang sampai saat ini sepertinya masih dalam pengerjaan dan belum dikeluarkan ke publik. Hal yang boleh saya ceriakan adalah fakta bahwa saya bekerja dibawah tim mobile dan saya dipinjami sebuah Galaxy S untuk membantu development. Galaxy S ini (atau lebih tepatnya Sim Card yang dibawa oleh Galaxy S ini) nantinya banyak membantu saya dalam petualangan saya di US. Edit: saya mengerjakan Facebook Home.

Minggu-minggu pertama saya habiskan untuk mengenali kultur di US. Bagaimana bepergian dalam kota, bagaimana bepergian luar kota, jadwal bus, supermarket terdekat, lokasi makan terdekat dan fasilitas-fasilitas gratis yang disediakan apartemen saya. Di US saya jatuh cinta pada Subway. Makannya praktis, sangat enak, ada dimana-mana dan di-serve sangat cepat. Saya juga mencoba untuk bersepeda ke supermarket terdekat (yang akhirnya tidak saya lakukan lagi karena lokasiya yang sangat jauh).

Ada cerita menarik ketika saya pada hari yang sama kehilangan dompet lalu ditodong oleh orang hitam. Suatu hari pada hari Sabtu saya pergi ke kantor untuk bekerja (baca: cari makan gratis). Saat itu karena hari sudah siang dan sudah tidak ada shuttle ke Facebook saya jadi menggunakan Caltrain sambil membawa sepeda. Setelah bekerja beberapa jam (baca: main piano, makan, merampok micro-kitchen) saya memutuskan untuk kembali menggunakan sepeda sambil membeli oleh-oleh untuk Karol. Perjalanan agak jauh sehingga saya sampai lokasi sudah agak malam. Namun sesampainya disana ketika saya hendak membayar ternyata dompet saya hilang. "Waduh" pikir saya. Sepertinya jatuh ketika saya sedang naik Caltrain. Untungnya saya membawa recehan dalam tas saya yang bisa digunakan untuk membayar oleh-oleh tersebut dan sekaligus untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang, saya naik bus yang bisa membawa sepeda. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 10 malam. Saya pun ketiduran hingga kelewatan dua blok. Untung saya bawa sepeda pikir saya. Namun tempat ini, di sekitar San Jose, terlihat sangat sketchy. Banyak gelandangan dan anak-anak muda berpakaian rapi yang sepertinya hendak masuk ke bar. Saya pun berusaha untuk tidak memikirkan itu dan lanjut menghabiskan uang terakhir saya untuk membeli tiket bus terakhir untuk pulang.

Bus terakhir pun akhirnya datang. Saya naik bus tersebut, meletakkan sepeda saya di lokasi sepeda, lalu duduk di kursi paling pojok. Beberapa saat kemudian, empat pemuda berkulit hitam menghampiri saya. Mereka berkata meminta satu dolar dari saya. Saya bilang saya tidak punya. Lalu mereka meminta saya untuk memberikan tas saya sambil mengancam saya. Saya berikan saja karena toh tidak ada apa-apa. Lalu mereka meminta saya untuk meminjam iPhone saya beberapa waktu untuk mendengarkan lagu. Lalu mereka bertanya saya datang dari mana. Saya jawab saya berasal dari Indonesia. Lalu tidak lama kemudian mereka mengembalikan iPhone saya, turun dari bus sambil berkata "Assalamu 'alaikum" ke saya. Saya balas "Wa 'alaikum salam" sambil menghela napas lega.

Saya selamat sampai rumah. Namun tiga hari kemudian saya menyadari bahwa kartu kredit dan kartu debit saya ada di dalam dompet yang hilang. Lalu saya mengecek bahwa ada transaksi berlangsung di kartu debit dan kartu kredit saya. Totalnya mencapai 1200 dolar. Saya langsung menelepon ibu saya untuk memblok kartu kredit saya dan menelepon bank untuk memblok kartu debit saya. Tapi 1200 dolar tersebut tidak pernah kembali ke tangan saya.

Ada cerita lain ketika saya hendak pulang dari San Fransisco pukul 11 malam. Saat itu sudah tidak ada bus maupun Caltrain dan saya sudah lelah sekali. Saya sedikit kebingungan dan memutuskan untuk menginap di San Fransisco bila nanti tidak ada transport untuk pulang. Untungnya ada supir taksi yang menawarkan untuk mengantarkan dan berkata bahwa beliau bisa membawa sepeda saya dalam taksinya. Saya sangsi dan jujur saja, sepeda saya hampir rusak ketika sepeda tersebut dimasukkan ke dalam taksi. Namun untungnya saya sampai rumah dengan selamat. Ketika hendak membayar, supir taksinya bilang bahwa ongkosnya 1.5 kali lipat normal karena lokasinya jauh dan dia menunjukkan fakta tentang taksi bandara. "Wat de fak" pikir saya. Sudah tidak masuk akal, dia juga bukan taksi bandara (saya naik taksinya di stasiun Caltrain). Karena saya sudah ngantuk akhirnya saya bayar saja tukang taksi itu.

Pada akhir internship saya ditawari untuk kembali full-time. Karena saya belum akan lulus tahun depannya maka saya tolak dan saya minta untuk kembali untuk internship lagi. Namun itu adalah kisah untuk lain cerita.

--------------------------------------- END OF PART 3 ---------------------------------------


Mumpung lagi ngomongin supir taksi, saya berpikir bahwa kebanyakan supir taksi di US itu scam. Mengapa? Karena perhitungan taksi bandara. Status taksi bandara memungkinkan sang supir men-charge 1.5 kali cost taksi mula-mula. Hal ini dikarenakan.... mereka adalah taksi bandara. Mereka harus kembali lagi ke bandara untuk mendapatkan penumpang. Namun beberapa poin yang menurut saya off adalah:

  1. Tertulis $ x untuk y mil awal. Untuk mil-mil selanjutnya, cost-nya menjadi $ 1.5x. Artinya bila kita pergi sejauh 15 mil sebagai contoh, kita seharusnya dikenakan biaya (y) * x + (15 - y) * 1.5x. Namun bukan hal ini yang terjadi. Saya dikenakan biaya 15 * 1.5x (yang tentu berpuluh-puluh dolar lebih mahal). Hal ini sudah terjadi berkali-kali dan lucunya saya tetap saja tidak protes.
  2. Semua taksi (walaupun bukan taksi bandara) menggunakan tarif ini. Jadi jangan kaget bila anda dikenakan biaya 1.5 kali lipat biasanya.
Saya masih belum tau cara untuk menggagalkan scam ini. Maklum, saya orangnya ansos dan malas angkat bicara.

Saturday, 14 September 2013

Tips Bersuci A'la Indonesia

Post ini saya buat terinspirasi oleh post teman saya. Sebenarnya judul dari post ini mula-mula adalah "Cara Cebok Pake Tisu untuk Wong Ndeso" namun sepertinya terdengar terlalu... well... ndeso.


Latar Belakang Post


Jadi teman saya, sebut saja Sunni, sedang merintis boyband di Korea Selatan tepatnya di daerah Gwangju. Ia sedikit tidak nyaman dengan fasilitas toilet disana. Toilet disana tidak memiliki shower/gayung untuk bersuci setelah buang hajat besar (baca: buat cebok habis ngising). Yang disediakan hanyalah gulungan tisu atau kertas toilet. Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya mendapat cerita keluhan serupa dari orang lain. Lalu saya berkesimpulan bahwa orang Jawa (atau disini saya generalisasi tanpa dasar sebagai orang Indonesia) tidak terlalu nyaman bersuci menggunakan tisu.


Darimana Tips ini Berasal


Sebelumnya saya ingin menceritakan bagaimana saya menemukan cara bersuci a'la Indonesia ini. Saya sebut a'la Indonesia karena saya pikir cara bersuci ini cocok dipraktekkan oleh orang Indonesia yang membutuhkan air untuk bersuci setelah buang hajat.

Saya adalah pengangguran yang kebetulan mendapat kesempatan beberapa kali ke luar negeri untuk lomba dan bekerja selama beberapa bulan. Beberapa tempat memang menyediakan toilet dengan shower untuk bersuci. Namun toilet di beberapa tempat yang saya kunjungi dan saya dengar hanya menyediakan tisu toilet. Saya sendiri pada mulanya merasa tidak nyaman menggunakan tisu, namun teman saya yang lain (saya link ke LinkedIn-nya siapa tahu pembaca ingin berterima kasih dan meng-endorse dia karena telah mengajari cara bersuci menggunakan tisu) memberikan saya trik-trik yang cukup menarik. Setelah saya praktekkan ternyata trik ini membuat saya gemar dan nyaman bersuci menggunakan tisu.


How?


  1. Sebelum melaksanakan ibadah berhajat, sediakan tiga gumpalan tisu. Basahi tisu kedua dengan air.
  2. Curhatlah (baca: curahan hajat) seperti biasa.
  3. Wipe your ass menggunakan tisu pertama (yang kering).
  4. Setelah merasa bersih, wipe your ass menggunakan tisu kedua (yang basah). Air yang telah diserap oleh tisu kedua ini akan memberikan kita "kepuasan" dan rasa bersih yang muncul bila kita bersuci menggunakan air biasa.
  5. Untuk mengeringkan dan kebersihan yang lebih baik lagi, wipe your ass menggunakan tisu ketiga (yang kering).
  6. Jangan lupa disentor hajatnya.
Cara membasahi tisu kedua bisa bermacam-macam. Bisa dengan keluar toilet dulu lalu membasahi tisu menggunakan air dari wastafel. Namun cara yang biasa saya gunakan adalah membasahi tisu tersebut dengan air yang ada di dalam toilet. Kalau tidak yakin airnya bersih atau tidak, sentor saja dulu toiletnya

Tips ini mungkin tidak cocok digunakan untuk semua orang. Semoga bermanfaat bagi anda.

Friday, 29 March 2013

The Tale of The Two


Alkisah seorang bocah, baru saja lulus SMP. Dia kesal dengan kehidupannya di SMP karena ia tidak memiliki banyak teman, sering dibuli, delusional dan memiliki riwayat yang buruk. Ia bersumpah untuk berubah pada masa SMA. Menjadi sedikit lebih sosial, lebih terbuka, dan lebih menerima. Dan tentu saja gagal. People change... but not overnight.

Bocah ini adalah seorang gamer akut. Berteman hanya dengan sesama gamer akut lain. Curangnya adalah, walau bocah ini memiliki kemampuan gaming yang sedikit lebih baik dari teman-temannya, bocah ini tidak memiliki kemampuan sosial sebaik teman-temannya. Masih bocah ansos yang manja.

Suatu ketika, dimalam yang ceria, bocah ini membantu teman-temannya dalam suatu festival yang diadakan sekolahnya. Sebuah bazaar. Dia menawarkan teman sekelasnya untuk menjajakan brownies buatan ibunya yang sangat ia suka. Sayangnya karena handmade dan dibuat dengan bahan-bahan yang mahal, brownies ini tidak laku karena terlalu mahal.

Ketika bazaar tersebut berlangsung, tiba-tiba mati lampu. Bazaar yang semula ramai membahana menjadi sepi. Banyak orang bermuram durja; termasuk seorang gadis yang bocah ini kenal sebagai salah satu gamer (yang tidak terlalu akut). Gadis ini menangis. Bocah ini mendekati gadis itu. Bocah ini tidak tahu menahu apa yang membuat gadis itu menangis, maupun bagaimana membuat gadis itu tersenyum lagi. Akhirnya bocah ini hanya duduk disebelah gadis ini, meminjamkan bahunya untuk bersandar dan mengatakan kata-kata yang saat ini telah lama ia lupakan.

Sejak hari itu, gadis ini jadi sering sekali mendekati bocah ini. Bocah ini tidak mengerti kenapa dan apa yang ia lakukan sampai gadis ini mengatakan bahwa ia suka pada bocah ini. Bocah ini yang masih tidak mengerti maksud kata-kata "suka" pun menganggapnya suatu humor belaka.

Hari terus berjalan. Gadis ini makin menunjukkan kesungguhannya. Ia menunggu hingga bocah ini pulang dari latihan olimpiade yang bisa sampai jam 5 sore. Gadis ini membuatkan bocah ini laporan praktikum ketika bocah ini pergi untuk berlomba. Gadis ini menuliskan kisah-kisah mereka di buku kelas, kesedihannya ketika ditinggal bocah ini dan kebahagiaannya saat mereka bersama. Semua orang termasuk bocah ini tahu kesungguhan gadis ini dalam cintanya terhadap bocah ini.

Bocah ini senang, karena untuk pertama kalinya ada lawan jenis yang benar-benar menyukai dia, mengingat masa-masa SMP nya dimana sepertinya ia tidak memiliki teman yang peduli dengannya. Bocah ini tidak memahami bagaimana berhubungan dengan manusia. Bocah ini tidak mengerti bagaimana membalas cinta gadis ini.

Dan bocah ini sadar, bahwa ia memiliki sisi gelap. Sisi gelap yang tidak diketahui orang-orang selain dirinya. Sisi gelap yang membuat ia tidak memiliki banyak teman. Sisi gelap yang tidak mungkin ia tunjukkan ke orang lain.

Sehingga bocah ini menolak affection gadis ini. Ia sebisa mungkin menunjukkan bahwa ia enggan berada di dekat gadis ini walau sesungguhnya ia nyaman dengan keberadaanya. Ia menampik semua gosip tentang mereka. Ia menyangkal bahwa ia juga memiliki perhatian lebih ke gadis ini. Ia menyebarkan dusta ke semua orang tanpa terkecuali. Karena bocah ini yakin, dia hanya akan membahwa petaka, kesedihan dan kemuraman untuk gadis ini. Gadis sebaik ini pantas mendapatkan lebih pikirnya.

Namun bocah ini tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia masih memberikan perhatian lebih ke gadis ini. Ia memberikan hadiah yang tidak terpikirkan untuk sebatas teman biasa. Ia memberikan kasihnya pada masa kesedihan. Ia menemani gadis ini dalam perjalanan-perjalanan bahagia. Menjadi teman dalam canda dan tawa.

Hingga tiba saatnya mereka harus berpisah jalan. Bocah ini harus menjalani kuliah di tempat yang terpisah jauh dari gadis ini berada. Ia senang karena ia tidak harus melihat gadis ini tersiksa, menghabiskan waktu untuk cinta yang tidak mampu dibalas oleh bocah ini.

Dan tidak lama setelah mereka mulai kuliah, gadis ini menemukan tambatan hati dan kemudian pacaran. Walaupun terluka dan merasa terkhianati, ia sangat senang akhirnya gadis ini menemukan cinta yang berbalas. Tiga tahun kebersamaan mereka dapat dikubur dengan kehadiran hati yang lain dalam hitungan bulan. Namun dia merasakan kebahagiaan dan kelegaan dari lubuk hati yang terdalam karena akhirnya, gadis yang paling ia harapkan kebahagiaannya, dapat menemukan kebahagiaan tersebut.

Bocah ini pun kuliah. Dengan bekal kebahagiaannya memiliki teman-teman yang sejati selama SMA, ia memutuskan untuk berpetualang dalam dunia organisasi. Ia masuk keberbagai macam unit, menjadi orang yang berguna disana dan menjadi orang yang lebih dapat diandalkan. Ia lebih percaya diri, memiliki kepribadian yang lebih baik, namun masih mengingat jelas sisi gelap yang genggam sejak lama. Kesibukan membuat ia tidak memiliki banyak waktu untuk cinta.

Sesekali ia masih bertemu dengan gadis ini. Saat akhir tahun, saat lebaran, dan di beberapa kesempatan lain. Ia masih sering berkomunikasi dengan gadis ini. Gadis ini menceritakan tentang perjalanan asmaranya, sesekali bahagia, sesekali mengeluh, sesekali menggoda agar si bocah juga segera mencari tambatan hati. Walau tiap kata yang dikeluarkan gadis ini menyayat hatinya, bocah ini tetap penasaran dengan perjalanan cinta gadis ini. Ia ingin memastikan bahwa gadis ini bahagia. Apalagi gadis ini sangat kerap mengutarakan kata "putus."

Suatu ketika, bocah ini sudah tidak kuat lagi. Ia memberikan kado bertuliskan "Selamat Tinggal" untuk gadis ini. Ia menyuruh gadis ini untuk curhat ke pacarnya saja. Dan ia makin menyibukkan dirinya ke dunia organisasi dan kerja hingga prestasi akademiknya jatuh terpuruk.

Namun bocah ini masih luluh dengan permintaan gadis ini. Ketika cuaca buruk, ia masih datang menjemput gadis ini yang sedang bertengkar dengan pacarnya. Ketika pacar gadis ini "selingkuh" ia, masih senang menemani gadis ini berjalan-jalan. Ketika pekerjaan sedang sibuk-sibuknya, ia masih menemani gadis ini yang jauh-jauh datang ke kotanya untuk berlibur. Mungkin bocah ini merasa ia perlu membalas kebaikan gadis ini pada masa SMA.

Hingga suatu ketika, gadis ini putus dengan pacarnya. Benar-benar putus dan tak kembali lagi. Bocah ini sama sekali tidak merasakan kebahagiaan. Ia sangat sedih karena gadis ini akan kembali tidak bahagia. Ia berusaha untuk menyenangkan hati gadis ini, mendekatinya dan memberinya canda tawa. Tanpa terasa mereka sudah dekat lagi, seperti pada masa SMA, bahkan lebih.

Mereka saling menyapa on daily basis. Bertukar kado dan ucapan romantis disaat ulang tahun. Si bocah mengajak si gadis untuk nge-date, datang ke acara wisuda gadis itu dan mendekati keluarga gadis itu. Hingga pada suatu malam candaan kedua insan ini menjadi sebuah love confession.

Bocah ini ragu. Ragu apakah ia dapat membuat gadis ini bahagia. Ragu apakah ia benar-benar mencintai gadis ini. Ragu apakah ia mampu menentang keluarganya yang tidak menyetujui hubungan mereka. Ragu apakah ia siap meninggalkan kesibukannya demi gadis ini. Ragu apakah gadis ini mampu menerima sisi gelap yang telah ia sembunyikan sejak lama.

Ditengah keraguan ini, gadis ini menelepon bocah ini pada tengah malam. Gadis ini mengiyakan ajakan bocah ini untuk berpacaran. Mendengarkan suara gadis ini, keraguannya sirna. Ia yakin ia bisa membahagiakan gadis ini. Ia yakin ia bisa mencintai gadis ini. Ia yakin suatu saat ia bisa membuka dirinya sepenuhnya ke gadis ini.

Hari-hari dilalui. Dua sejoli ini makin mengenal satu sama lain. Mereka saling membuka lapisan yang membungkus hati mereka. Hari-hari terbang begitu saja untuk mengafirmasi cinta mereka. Pertengkaran dilewati layaknya pasangan suami-istri. Bocah ini makin yakin bahwa ia sangat menyayangi gadis ini.

Namun gadis ini belum mampu menerima sisi gelap dari bocah ini. Sesekali sepercik cahaya gelap dari dalam hati sang bocah tidak sengaja lolos, gadis ini terluka. Hati bocah ini hancur tiap kali melihat gadis ini menangis... karena dirinya.

Namun gadis ini kuat. Ia dapat kembali menantang sisi gelap ini berkali-kali dimana orang lain sudah menyerah; walau menatapnya saja ia tidak mampu. Ia selalu datang dengan semangat menggebu-gebu; dengan kebaikan dan ketulusan hati yang menyilaukan mata; dengan kasih sayang yang terus-menerus mengalir.

Bocah ini sedih bahwa suatu saat kegelapan akan menyelimuti gadis ini sebelum gadis ini dapat menerima kegelapan tersebut. Namun bocah ini percaya, bahwa suatu saat gadis ini mampu menerimanya seutuhnya. ia hanya bisa menunggu... dan memberi kesempatan...