Monday 29 August 2011

My attitude sucks


OK ini bukan artikel informatika yang bermanfaat melainkan curhat. Saya sempat mikir berhari-hari untuk bikin blog personal yang lebih non-informatika-ish untuk ngepost beberapa hal pribadi saya. Cuma setelah dipikir-pikir tagline blog saya adalah "Wailing of a Software Engineer." Jadi sebenernya gak masalah donk kalo saya mengeluarkan wailing saya disini? :P

My attitude sucks. Saya ngerti banget akan hal ini karena saya hampir tiap malam kalo lagi ga ada temen untuk diajak ngobrol selalu berusaha merefleksikan apa yang telah saya lakukan beberapa hari silam. Sekadar untuk introspeksi aja, apakah saya sudah menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan saya. Dan dari hasil introspeksi beberapa hari silam saya menyimpulkan bahwa attitude saya SUCK BIG TIME. Dan hari ini ketika saya bangun pagi (ok, siang) hari hal itu memuncak dan membuat saya memutuskan untuk menuliskannya di blog agar saya selalu ingat.

Yang paling saya perhatikan adalah tentang Facebook. Saya tidak bisa bilang bahwa saya tidak bangga kerja di Facebook. Facebook memang tidak sebesar Google, tapi entah kenapa saya BANGGA SEKALI bisa kerja di Facebook. Mungkin salah satu penyebabnya karena keluarga saya dan beberapa teman saya sering cerita tentang saya kerja di Facebook sampai-sampai ada orang yang  tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya tahu kalau saya kerja di Facebook (hell it's really embarassing, walau deep down saya senang juga. Tapi kalau ada yang merasa membicarakan tentang saya kerja di Facebook dan kebetulan membaca tulisan ini, tolong hentikan segera). Pada mulanya saya hanya excited bisa kerja disini, namun sekarang saya sangat bangga bisa kerja disini. Sekali lagi hingga saya menulis tulisan ini dan mungkin masih hingga beberapa bulan kedepan, saya sangat bangga bisa bekerja di Facebook.

Lalu apa yang bermasalah dengan hal ini? Sekali lagi yang bermasalah adalah attitude saya. Beberapa momen yang saya tuliskan adalah beberapa momen yang paling saya sesalkan tentang attitude saya disini:

Pernah suatu saat salah seorang teman saya datang ke sekre ITBPC. Dan kebetulan itu teman saya itu juga kerap mendatangi lab programming. Dan saya dengan sombongnya bilang gini:

"Wah X, u mulai mirip gw yah. Dateng ke lab prog, sekarang ke sekre ITBPC. Ntar tahun depan u kerja di Facebook kali ya?"

Jelas banget kata-kata ini BANGSAT banget. Saya tidak perlu mendeskripsikan betapa nyesek-nya saya tiap kali saya mengingat kata-kata itu pernah keluar dari mulut saya. Ditambah lagi 2 teman saya yang lain bilang:

"Ih Gogo sombong banget deh ngomongin nya Facebook mulu"
"Iya nih"

Well pada momen tersebut hal yang pikirkan adalah marah dan malu yang luar biasa. Saya marah karena jujur saya bukan orang yang suka dikritik. Dan saya cukup tahu apa yang bermasalah pada diri saya karena tiap hari saya akan selalu mencari kesalahan itu. Saya tahu ini juga merupakan attitude yang sangat salah, tapi saya juga tahu ini adalah attitude yang akan paling susah saya hilangkan.

Saya malu pernah mengatakan hal itu. Sampai hari ini saya tidak pernah mengunjungi sekre ITBPC lagi kecuali terpaksa karena saya akan mengingat lagi bahwa saya telah mengatakan sesuatu yang sangat fatal dan menjijikkan.

Lalu ada lagi kejadian ketika Google+ release. Wow Google mengeluarkan Social Network. This is going to be absolutely awesome! Dan ya ketika saya buka memang banyak hal cukup awesome dan Google-ish dimana mereka memperhatikan beberapa detil kecil. Beberapa rekan kerja saya di Facebook juga sangat senang akan hadirnya kompetitor yang kuat. Zuck berkata, "Fear is always a greater motivator than greed." Intinya kita akan lebih termotivasi untuk membuat inovasi karena takut kehilangan pasar daripada bernapsu menguasai pasar. Tapi kebanyakan kekaguman saya tidak berlangsung lama karena tampilan dan kebanyakan fungsionalitasnya sangat mirip dengan Facebook. Dan akhirnya, G+ hanya menjadi sebuah SocNet biasa dimata saya.

Tentu saja saya yang sangat menyukai kebanyakan produk buatan Google langsung mendaftar. Dengan bekal invitation dari roommate saya, saya mendaftar dan selalu membuka G+ tiap hari layaknya saya membuka Facebook, Yahoo Mail, GMail, dan Mangaupdates. Apalagi pada saat teman-teman kuliah saya sedang melakukan kerja praktek, G+ ramai bukan main. Beberapa alasannya adalah Facebook diblok di kantor mereka. Tapi saya yakin banyak dari mereka yang juga sangat senang dengan adanya SocNet buatan Google ini.

Lalu apa yang bermasalah dengan hal ini?

Ya, G+ adalah sebuah SocNet yang tentu saja merupakan kompetitor Facebook. Dan Google memiliki banyak sekali pemuja (termasuk saya) yang sangat mendewa-dewakan segala hal buatan Google walau pada akhirnya kita tahu hal itu adalah hal yang biasa. Dan yang berhubungan dengan attitude saya adalah ketika banyak sekali orang yang membanding-bandingkan bahwa G+ jauh lebih baik dari Facebook. Antara Facebook labil lah, Facebook sering ngebug lah, Facebook ga senyaman G+ buat nge-share lah, Facebook lemot lah, Facebook ga bisa dibuka lah. Untuk beberapa lama hal ini tidak masalah bagi saya (yes, to my surprise it's not a big deal for me). Paling hanya mengurangi afinitas saya terhadap G+ dari mendewakan menjadi senang. Hal ini bertambah rumit ketika orang-orang mulai komplain masalah Facebook ke saya, membandingkan Facebook dan G+ ke saya dan news feed G+ saya mulai penuh dengan makian terhadap Facebook dan pujaan terhadap G+. Dan pada masa itu, saya belum merefleksikan diri saya tentang "manusia sangat bebas untuk berpendapat, termasuk untuk memaki." Dan spontan tiap kali saya melihat makian terhadap FB, saya akan naik darah, dan mulai menulis argumen yang banyak diantaranya yang tidak masuk akal. Hal ini memuncak ketika salah seorang teman saya menulis bahwa FB meniru fitur G+ yang dimana fitur tersebut sudah ada sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Facebook HQ, hanya saja belum dipublikasikan. Dan perlu diketahui pada saat saya sampai di Facebook HQ, G+ masih belum diluncurkan. Hari itu saya benar-benar marah. Untung saja saat itu sedang jam kerja, kalau tidak monitor 29 inch yang saya gunakan tiap hari ini mungkin sudah tidak berfungsi karena pecah. Saya sudah menyiapkan argumen panjang, berusaha untuk terlihat tenang walau saya yakin tulisan itu terlihat subyektif dan sudah semaksimal mungkin untuk tidak memaki G+ karena saya masih cinta Google. Tapi argumen itu tidak pernah saya post karena untungnya beberapa detik setelah saya menuliskan argumen panjang itu, saya melakukan refleksi diri (ya pada jam kerja). Dan pada detik itu saya memutuskan untuk tidak membuka G+ lagi hingga saat ini.

Saya paham betul bahwa orang-orang yang mendewakan G+ dan memaki Facebook ini tidak salah. Fakta bahwa saya marah ketika mereka menuliskan hal itulah yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa saya kurang dewasa.

Kedua adalah tentang seringnya saya menuliskan apa yang saya pikirkan di status YM khususnya kalau saya sedang labil/galau/banyak pikiran negatif. Memang secara umum tidak salah dan memang beberapa momen hal itu bermaksud untuk caper. Namun attitude macam ini yang tidak saya sukai pada diri saya. Kalau saya sampai menuliskannya ke status YM, artinya saya tidak bisa menuntaskannya apa yang sedang saya hadapi dan malah melarikan diri dengan membuat status dan berharap ada seseorang yang bisa menuntaskannya untuk saya. Menurut saya, diri saya yang melakukan hal ini bisa dibilang MENJIJIKKAN. Jika diibaratkan pemrograman berorientasi objek, melakukan hal tersebut ibarat membuat semua variabel dan method static dan public. Suatu hal yang sangat menjijikkan.

Singkat cerita, kenapa saya tiba-tiba menulis tentang hal ini di blog? Mungkin karena biar saya bisa ingat "saya lah yang salah, orang lain tidak" lebih cepat daripada harus meng-kontemplasi-kan nya pada malam hari dan mungkin sudah terlalu telat untuk minta maaf. Dan untuk yang merasa tertuliskan dalam tulisan di artikel ini, saya benar-benar minta maaf bila artikel ini menyinggung anda dari segimana pun. Tapi kali ini saya tidak mengimplikasikan sarkasme sama sekali (Lain dari yang biasanya saya lakukan. I absolutely love sarcasm). Saya sangat menganjurkan kepada orang-orang yang membaca artikel ini dan kenal dengan saya untuk mengingatkan saya secara implisit kalau saya masih memiliki attitude yang saya deskripsikan diatas. Karena saya yakin saya masih memiliki attitude tersebut seberapa besar pun saya berusaha untuk menghilangkannya. Dan saya pasti akan marah jika anda secara eksplisit memberi tahu saya bahwa saya salah.

Akhir kata saya ucapkan mohon maaf lahir batin (hari ini lebaran loh di Indonesia). Walau saya masih sukar memaafkan beberapa orang hingga hari ini, tolong maafkan kesalahan-kesalahan yang telah saya perbuat dimanapun dan kapanpun saya berada.

2 comments:

  1. wajar manusia salah termasuk aku..., yg penting sadar dan tobat... kan belajar... *sok tahuku

    *ketoke wingi wis komen, tapi laptop mati

    ReplyDelete
  2. Mendengar teman marah adalah tanda keakraban...

    ReplyDelete